Salim Sholih Ahmad Ibn Madhi
Terjemah : Syafar Abu Difa
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
2011 - 1432
* * *
LANGKAH
5
PRAKTEK KETELADAN
Ia merupakan salah satu
tahapan penting, paling banyak manfaatnya dan lebih tertanam di dalam jiwa
anak. Karena suka meniru termasuk karakteristik fase pertama. Kita dapat
melihat anak meniru ibunya yang sedang shalat. Ikut rukuk ketika ibunya rukuk
dan ikut sujud ketika ibunya sujud. Serta hal-hal lain yang dapat kita saksikan
siang dan malam.
Sudah seharusnya kita
mengarahkan peniruan itu dan memanfaatkannya dengan apa-apa yang dapat
menghidupkan jiwa mereka agar senang mengamalkan agama ini. Dengan cara:
1.
Menceritakan kisah-kisah
sahabat nabi, orang-orang saleh dan ulama.
2.
Senantiasa menyertakan anak
pada setiap momen kebaikan agar dia menirunya , seperti pergi ke masjid dll.
3.
Memperdengarkan kepadanya
kaset-kaset Islami yang bermanfaat dan sesuai dengan usianya.
4.
Melakukan sebagian ibadah di
hadapannya, seperti shalat dan sedekah.
* * *
Kisah Yang Menunjukkan
Pentingnya Keteladanan Ilmiah Dalam Membangun Kepribadian Anak
Pada penjelasan kesalehan ayah
dan ibu terdahulu telah disampaikan contoh-contoh pentingnya keteladanan dalam
membangun kepribadian.
Berikut contoh dari praktek
keteladanan yang lain:
1.
Kuraib, mantan budak Ibnu
Abbas menceritakan bahwa Ibnu Abbas -radiallahu'anhuma- mengabarkannya
bahwa dia bermalam di rumah bibinya, Maimunah, istri Nabi -shalallahu alaihi
wasallam-:
“Aku berbaring pada bagian lebar tikar,
sementara Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- berserta istrinya
berbaring memenuhi panjang tikar hingga beliau -shalallahu alaihi wasallam-
tertidur. Pada pertengahan malam, sebelum atau setelahnya sedikit beliau -shalallahu
alaihi wasallam- bangun, mengusap wajahnya dari bekas tidur lalu membaca
sepuluh ayat dari penutup surat Ali Imran. Setelah itu beliau beranjak menuju
bejana yang tergantung dan berwudhu darinya dengan sebaik-baik wudhu, lalu
melaksanakan shalat."
Ibnu Abbas melanjutkan:
“Aku pun ikut bangun dan melakukan apa yang
dilakukan Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-, kemudian berdiri di
sampingnya (turut shalat). Namun kemudian Nabi meletakkan tangan kanannya di
kepalaku dan memutarkanku (ke sebelah kanannya) dengan memegang telinga
kananku. Kemudian shalat 2 rakaat, 2 rakaat, 2 rakaat, 2 rakaat, 2 rakaat, 2
rakaat, lalu shalat witir. Setelah itu beliau berbaring hingga datang muazin.
Setelah muazin datang beliau shalat 2 rakaat ringan baru kemudian keluar
melakukan shalat subuh.[1]
* * *
2.
Aisyah, Umul mukminin -radiallahu'anha-
berkata:
“Aku tidak melihat seorang pun yang lebih mirip
ucapan dan perkataannya dengan Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-
dari pada Fatimah.”
Kisah-kisah di atas menjadi
saksi yang menuturkan kepada kita bahwa anak begitu terpengaruh dengan orang
tua dan menirunya. [2]
Contoh Praktis Pentingnya
Praktek Keteladanan Dalam Membangun Kepribadian Anak
Sedekah
Jika engkau melihat orang
miskin dan anakmu bersamamu, berilah dia uang. Kemudian minta dia menyedekahkan
uang tersebut kepada orang miskin yang dilihatnya. Ucapkan terima kasih dan
pujilah dia di depan saudara-saudaranya setelah itu. Dengan demikian perbuatan
baik tersebut akan tertanam dalam dirinya. Praktek seperti ini akan menciptakan
generasi yang cinta bersedekah dan memberi pertolongan kepada yang membutuhkan
dan lemah.
* * *
LANGKAH
6
BIARKAN DIA BERMAIN, TETAPI
TEMANI DENGAN TEMA-TEMA AGAMA
Dikarenakan bermain dan banyak
bergerak adalah karakteristik anak, hendaknya permainan diarahkan kepada
sesuatu yang akan menambah kemaslahatan untuk mengamalkan agama ini.
Banyak gerak dan tidak bisa
diamnya anak bukanlah aib, kesalahan atau tingkah tidak terpuji. Justru
memiliki banyak manfaat. Di antaranya menambah kesehatan, kecerdasan dan
keahlian anak sejalan dengan pertumbuhannya.
Anak yang tidak bergerak,
karena kejiwaan atau paksaan orang tua, akan berakibat pada ketidakstabilan
anak, minder, takut, rendah diri atau kesehatan yang lemah, sebagai dampak dari
perangai tersebut.
* * *
Contoh
Praktis Dan Kisah Pentingnya Permainan Dalam Membangun Kepribadian Anak
Di antara permainan ini
seperti menunggang kuda (menyetir), berenang, dan memanah (menembak)
sebagaimana yang terdapat di dalam atsar. Atau permainan yang menumbuhkan
kemampuan otak yang dapat menjadi
wasilah mendapatkan kemahiran, mengumpulkan keahlian dan menumbuhkan
kecerdasan.
Ketika engkau mengarahkan
anakmu permainan yang mendidik, yang mengandung keberanian bagi anak laki-laki
–seperti berkuda, berenang dan memanah-, akan memberi manfaat nantinya kepada
umat ini di masa depan. Mereka akan menjadi pribadi-pribadi yang memiliki
keberanian dalam menghadapi tantangan. Karenanya marilah kita bermain bersama
anak kita dengan apa yang sesuai.
Kisah:
1.
Dari Muhammad Ibn Abdullah Ibn
Abi Ya’kub, dari Abdullah Ibn Syaddad Ibn al-Hadi Ibn Abihi:
"Nabi -shalallahu alaihi wasallam-
keluar untuk melaksanakan shalat, sementara di bahunya menggendong Umamah putri
al-Âsh. Beliau pun shalat. Ketika rukuk anak itu diletakkannya, jika bangkit
anak itu diangkatnya.”[3]
Ibnu Hajar berkata:
“Sebahagian mengambil faedah dari hadits ini
betapa besarnya kadar kasih beliau kepada anak. Merupakan dilema antara
berupaya menjaga kekusyuan dan menjaga kenyamanan anak, tetapi beliau
mendahulukan yang kedua. Yang dilakukan Rasulullah -shalallahu alaihi
wasallam- bisa juga untuk
menjelaskan kebolehan.”[4]
2.
Abu Qotadah -radiallahu'anhu-
berkata :
“Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-
mengimami kami pada salah satu shalat isya sambil membawa Hasan atau Husain.
Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- maju mengimami dan meletakkan
cucunya. Kemudian bertakbir memulai shalat dan melaksanakannya. Selama
berlangsungnya shalat ada sujud yang begitu panjang.
Ubay berkata:
'Aku mengangkat kepalaku. Ternyata ada anak
kecil yang tengah memanjat di punggung Rasulullah yang sedang sujud. Aku pun
kebali kepada sujudku. Setelah Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-
menyelesaikan shalatnya, orang-orang berkata:
"Wahai Rasulullah engkau sujud dalam
salatmu begitu lama sehingga kami
mengira terjadi sesuatu atau tengah turun ayat?"
Nabi berkata:
“Semua itu tidak terjadi. Hanya cucuku yang
sedang menaiki punggungku. Aku tidak suka mengusiknya sampai dia selesai dari
hajatnya.”[5]
Dalam urusan ibadah seperti
ini Rasulullah sangat sayang kepada mereka sampai-sampai membiarkan
menyelesaikan permainannya. Maka bagaimana lagi jika di luar waktu ibadah?!
* * *
LANGKAH
7
SEMANGATI ANAK DAN SENANTIASA
MEMOTIVASINYA
Pada fase pertama anak –secara
khusus- suka dengan ungkapan pujian dan sanjungan. Ini memiliki pengaruh yang
menakjubkan dalam jiwa anak. Dapat menjadi pendorong untuk menguasai banyak
hal. Demikianlah teladan Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- dalam
mendidik para sahabatnya memaknai agama ini.
* * *
Kisah Yang Menunjukkan
Pentingnya Motivasi Dan Dorongan Untuk Maju
1.
Rasulullah mendatangi para
sahabatnya dan memotivasi mereka agar siap menghadapi peperangan. Rasulullah -shalallahu
alaihi wasallam- berkata:
((والذي نفس محمد بيده لا يقاتلهم اليوم رجل فيقتل صابرًا محتسبًا
مقبلاً غير مدبر إلا أدخله الله الجنة))
“Demi yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah
seseorang dari kalian berperang pada hari ini, sedang dia berperang dengan
sabar, mengharap pahala, menyongsong dan tidak melarikan diri, melainkan Allah
masukan dia ke surga.”
Umair Ibn al-Hammam, saudara
Bani Salamah berkata,
"Ketika itu di tangannya ada beberapa butir
kurma yang sedang ia makan. Dia berujar:
“Bakhin, bakhin. Tidak ada batas
antara aku dan surga selain hingga mereka dapat membunuhku.” Dia pun membuang
sisa kurma yang ada di tangannya dan mengambil pedangnya lalu memerangi musuh
hingga terbunuh -rahimahullah-.[6]
2.
Al-Khansâ berkata kepada 4
putranya sebelum peristiwa perang Qodisiah[7]:
“Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia.
Sungguh kalian adalah saudara kandung sebapak dan seibu. Silsilah keturunan
kalian tidak terkontaminasi oleh zina dan tidak tercampur. Ketahuilah bahwa
negeri akhirat lebih baik dari negeri yang fana. Bersabar, berhati-hati dan
bertakwalah, semoga kalian beruntung. Jika kalian lihat peperangan telah
menyingsing, api perang telah berkecamuk, masuklah ke dalam hawa panasnya dan
bersabarlah menghadapinya, beruntunglah dengan hasilnya serta kemuliaan di
negeri yang kekal abadi."
Ketika perang telah memamerkan taringnya, mereka
pun langsung menceburkan diri ke dalamnya. Seperti dugaan sang ibu, gugurlah
putra-putranya satu demi satu. Ketika sampai berita kematian seluruh putranya,
sang ibu tidak berkata lebih dari:
“Segala puji bagi Allah, yang telah memuliakanku
dengan syahidnya putra-putraku. Aku berharap kepada Allah, menyatukanku bersama
mereka di negeri yang kekal dengan kasih sayang-Nya."[8]
* * *
LANGKAH
8
FANTASI DAN ARAHAN YANG SESUAI
Anak pada fase awal memiliki
keistimewaan suka berimajinasi dan banyak berfantasi. Karena itu kita tidak
boleh menuduh mereka berdusta atau menghancurkan fantasi mereka dengan
melecehkannya, karena akan berdampak negatif pada kepribadian anak. Yang
semestinya adalah menyalurkan fantasi itu dengan sejumlah kisah yang dapat
mengenyangkan keistimewaan itu dalam diri mereka, bisa didapat di toko-toko buku
Islam, sehingga secara tidak langsung anda telah menanamkan akhlak dengan cara
yang disukainya.
[1]
Al-Bukhari kitab: Tafsir
(rabbana inna sami’na munadi yunadi lil iman) no. 4572. fathul Bâri kitab:
Tafsir VIII/300.
[7] Pertempuran yang terjadi antara kaum muslimin dan Furs (Iran saat ini) tahun 15H/635M, yang dimenangkan
oleh kaum muslimin. Dipimpin oleh Saad Ibn Abi Waqos.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar