Language

Rabu, 29 Februari 2012

30 LANGKAH MENDIDIK ANAK AGAR MENGAMALKAN AJARAN AGAMA (3)


 
Salim Sholih Ahmad Ibn Madhi


Terjemah : Syafar Abu Difa
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad


2011 - 1432
* * *
LANGKAH 5
PRAKTEK KETELADAN

Ia merupakan salah satu tahapan penting, paling banyak manfaatnya dan lebih tertanam di dalam jiwa anak. Karena suka meniru termasuk karakteristik fase pertama. Kita dapat melihat anak meniru ibunya yang sedang shalat. Ikut rukuk ketika ibunya rukuk dan ikut sujud ketika ibunya sujud. Serta hal-hal lain yang dapat kita saksikan siang dan malam.
Sudah seharusnya kita mengarahkan peniruan itu dan memanfaatkannya dengan apa-apa yang dapat menghidupkan jiwa mereka agar senang mengamalkan agama ini. Dengan cara:
1.       Menceritakan kisah-kisah sahabat nabi, orang-orang saleh dan ulama.
2.       Senantiasa menyertakan anak pada setiap momen kebaikan agar dia menirunya , seperti pergi ke masjid dll.
3.       Memperdengarkan kepadanya kaset-kaset Islami yang bermanfaat dan sesuai dengan usianya.
4.       Melakukan sebagian ibadah di hadapannya, seperti shalat dan sedekah.
*  *  *
Kisah Yang Menunjukkan Pentingnya Keteladanan Ilmiah Dalam Membangun Kepribadian Anak

Pada penjelasan kesalehan ayah dan ibu terdahulu telah disampaikan contoh-contoh pentingnya keteladanan dalam membangun kepribadian.
Berikut contoh dari praktek keteladanan yang lain:
1.       Kuraib, mantan budak Ibnu Abbas menceritakan bahwa Ibnu Abbas -radiallahu'anhuma- mengabarkannya bahwa dia bermalam di rumah bibinya, Maimunah, istri Nabi -shalallahu alaihi wasallam-:
“Aku berbaring pada bagian lebar tikar, sementara Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- berserta istrinya berbaring memenuhi panjang tikar hingga beliau -shalallahu alaihi wasallam- tertidur. Pada pertengahan malam, sebelum atau setelahnya sedikit beliau -shalallahu alaihi wasallam- bangun, mengusap wajahnya dari bekas tidur lalu membaca sepuluh ayat dari penutup surat Ali Imran. Setelah itu beliau beranjak menuju bejana yang tergantung dan berwudhu darinya dengan sebaik-baik wudhu, lalu melaksanakan shalat."
Ibnu Abbas melanjutkan:
“Aku pun ikut bangun dan melakukan apa yang dilakukan Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-, kemudian berdiri di sampingnya (turut shalat). Namun kemudian Nabi meletakkan tangan kanannya di kepalaku dan memutarkanku (ke sebelah kanannya) dengan memegang telinga kananku. Kemudian shalat 2 rakaat, 2 rakaat, 2 rakaat, 2 rakaat, 2 rakaat, 2 rakaat, lalu shalat witir. Setelah itu beliau berbaring hingga datang muazin. Setelah muazin datang beliau shalat 2 rakaat ringan baru kemudian keluar melakukan shalat subuh.[1]
*  *  *
2.                   Aisyah, Umul mukminin -radiallahu'anha- berkata:
“Aku tidak melihat seorang pun yang lebih mirip ucapan dan perkataannya dengan Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- dari pada Fatimah.”
Kisah-kisah di atas menjadi saksi yang menuturkan kepada kita bahwa anak begitu terpengaruh dengan orang tua dan menirunya. [2]

Contoh Praktis Pentingnya Praktek Keteladanan Dalam Membangun Kepribadian Anak

Sedekah
Jika engkau melihat orang miskin dan anakmu bersamamu, berilah dia uang. Kemudian minta dia menyedekahkan uang tersebut kepada orang miskin yang dilihatnya. Ucapkan terima kasih dan pujilah dia di depan saudara-saudaranya setelah itu. Dengan demikian perbuatan baik tersebut akan tertanam dalam dirinya. Praktek seperti ini akan menciptakan generasi yang cinta bersedekah dan memberi pertolongan kepada yang membutuhkan dan lemah.
* * *
LANGKAH 6
BIARKAN DIA BERMAIN, TETAPI TEMANI DENGAN TEMA-TEMA AGAMA

Dikarenakan bermain dan banyak bergerak adalah karakteristik anak, hendaknya permainan diarahkan kepada sesuatu yang akan menambah kemaslahatan untuk mengamalkan agama ini.
Banyak gerak dan tidak bisa diamnya anak bukanlah aib, kesalahan atau tingkah tidak terpuji. Justru memiliki banyak manfaat. Di antaranya menambah kesehatan, kecerdasan dan keahlian anak sejalan dengan pertumbuhannya.
Anak yang tidak bergerak, karena kejiwaan atau paksaan orang tua, akan berakibat pada ketidakstabilan anak, minder, takut, rendah diri atau kesehatan yang lemah, sebagai dampak dari perangai tersebut.
*  *  *

Contoh Praktis Dan Kisah Pentingnya Permainan Dalam Membangun Kepribadian Anak
Di antara permainan ini seperti menunggang kuda (menyetir), berenang, dan memanah (menembak) sebagaimana yang terdapat di dalam atsar. Atau permainan yang menumbuhkan kemampuan otak  yang dapat menjadi wasilah mendapatkan kemahiran, mengumpulkan keahlian dan menumbuhkan kecerdasan.
Ketika engkau mengarahkan anakmu permainan yang mendidik, yang mengandung keberanian bagi anak laki-laki –seperti berkuda, berenang dan memanah-, akan memberi manfaat nantinya kepada umat ini di masa depan. Mereka akan menjadi pribadi-pribadi yang memiliki keberanian dalam menghadapi tantangan. Karenanya marilah kita bermain bersama anak kita dengan apa yang sesuai.

Kisah:
1.       Dari Muhammad Ibn Abdullah Ibn Abi Ya’kub, dari Abdullah Ibn Syaddad Ibn al-Hadi Ibn Abihi:
"Nabi -shalallahu alaihi wasallam- keluar untuk melaksanakan shalat, sementara di bahunya menggendong Umamah putri al-Âsh. Beliau pun shalat. Ketika rukuk anak itu diletakkannya, jika bangkit anak itu diangkatnya.”[3]
Ibnu Hajar berkata:
“Sebahagian mengambil faedah dari hadits ini betapa besarnya kadar kasih beliau kepada anak. Merupakan dilema antara berupaya menjaga kekusyuan dan menjaga kenyamanan anak, tetapi beliau mendahulukan yang kedua. Yang dilakukan Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-  bisa juga untuk menjelaskan kebolehan.”[4]
2.                   Abu Qotadah -radiallahu'anhu- berkata :
“Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- mengimami kami pada salah satu shalat isya sambil membawa Hasan atau Husain. Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- maju mengimami dan meletakkan cucunya. Kemudian bertakbir memulai shalat dan melaksanakannya. Selama berlangsungnya shalat ada sujud yang begitu panjang.
Ubay berkata:
'Aku mengangkat kepalaku. Ternyata ada anak kecil yang tengah memanjat di punggung Rasulullah yang sedang sujud. Aku pun kebali kepada sujudku. Setelah Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- menyelesaikan shalatnya, orang-orang berkata:
"Wahai Rasulullah engkau sujud dalam salatmu begitu lama  sehingga kami mengira terjadi sesuatu atau tengah turun ayat?"
Nabi berkata:
“Semua itu tidak terjadi. Hanya cucuku yang sedang menaiki punggungku. Aku tidak suka mengusiknya sampai dia selesai dari hajatnya.”[5]
Dalam urusan ibadah seperti ini Rasulullah sangat sayang kepada mereka sampai-sampai membiarkan menyelesaikan permainannya. Maka bagaimana lagi jika di luar waktu ibadah?!
* * *

LANGKAH 7
SEMANGATI ANAK DAN SENANTIASA MEMOTIVASINYA

Pada fase pertama anak –secara khusus- suka dengan ungkapan pujian dan sanjungan. Ini memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam jiwa anak. Dapat menjadi pendorong untuk menguasai banyak hal. Demikianlah teladan Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- dalam mendidik para sahabatnya memaknai agama ini.
*  *  *
Kisah Yang Menunjukkan Pentingnya Motivasi Dan Dorongan Untuk Maju

1.       Rasulullah mendatangi para sahabatnya dan memotivasi mereka agar siap menghadapi peperangan. Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- berkata:
((والذي نفس محمد بيده لا يقاتلهم اليوم رجل فيقتل صابرًا محتسبًا مقبلاً غير مدبر إلا أدخله الله الجنة))
“Demi yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari kalian berperang pada hari ini, sedang dia berperang dengan sabar, mengharap pahala, menyongsong dan tidak melarikan diri, melainkan Allah masukan dia ke surga.”
Umair Ibn al-Hammam, saudara Bani Salamah berkata,
"Ketika itu di tangannya ada beberapa butir kurma yang sedang ia makan. Dia berujar:
Bakhin, bakhin. Tidak ada batas antara aku dan surga selain hingga mereka dapat membunuhku.” Dia pun membuang sisa kurma yang ada di tangannya dan mengambil pedangnya lalu memerangi musuh hingga terbunuh -rahimahullah-.[6]
2.       Al-Khansâ berkata kepada 4 putranya sebelum peristiwa perang Qodisiah[7]:
“Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia. Sungguh kalian adalah saudara kandung sebapak dan seibu. Silsilah keturunan kalian tidak terkontaminasi oleh zina dan tidak tercampur. Ketahuilah bahwa negeri akhirat lebih baik dari negeri yang fana. Bersabar, berhati-hati dan bertakwalah, semoga kalian beruntung. Jika kalian lihat peperangan telah menyingsing, api perang telah berkecamuk, masuklah ke dalam hawa panasnya dan bersabarlah menghadapinya, beruntunglah dengan hasilnya serta kemuliaan di negeri yang kekal abadi."
Ketika perang telah memamerkan taringnya, mereka pun langsung menceburkan diri ke dalamnya. Seperti dugaan sang ibu, gugurlah putra-putranya satu demi satu. Ketika sampai berita kematian seluruh putranya, sang ibu tidak berkata lebih dari:
“Segala puji bagi Allah, yang telah memuliakanku dengan syahidnya putra-putraku. Aku berharap kepada Allah, menyatukanku bersama mereka di negeri yang kekal dengan kasih sayang-Nya."[8]
* * *
LANGKAH 8
FANTASI DAN ARAHAN YANG SESUAI

Anak pada fase awal memiliki keistimewaan suka berimajinasi dan banyak berfantasi. Karena itu kita tidak boleh menuduh mereka berdusta atau menghancurkan fantasi mereka dengan melecehkannya, karena akan berdampak negatif pada kepribadian anak. Yang semestinya adalah menyalurkan fantasi itu dengan sejumlah kisah yang dapat mengenyangkan keistimewaan itu dalam diri mereka, bisa didapat di toko-toko buku Islam, sehingga secara tidak langsung anda telah menanamkan akhlak dengan cara yang disukainya.


[1] Al-Bukhari kitab: Tafsir (rabbana inna sami’na munadi yunadi lil iman) no. 4572. fathul Bâri kitab: Tafsir VIII/300.
[2] Siar a’lam an-Nubala II/118-134.
[3] Al-Bukhari kitab: al-Adab no.5996.
[4] Fathul Bâri X/526.
[5] Sunan Nasai no.731.
[6] Al-Bidayah wa an-Nihayah III/276.
[7] Pertempuran yang terjadi antara kaum muslimin dan Furs (Iran  saat ini) tahun 15H/635M, yang dimenangkan oleh kaum muslimin. Dipimpin oleh Saad Ibn Abi Waqos.
[8] Shalahul Ummah, Sayid Afâni  7/174.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar