LANGKAH
9
LANGSUNG MENGARAHKAN KETIKA
ANAK MELAKUKAN KESALAHAN
Pada fase awal, anak sulit
membedakan mana yang benar dan yang salah, karena sedikitnya pengetahuan dan
ilmu mereka. Hal ini menuntut kita untuk mengarahkan mereka ketika salah,
membenarkannya serta melindungi mereka dari kejelekan, seperti ghozwul fikri
(Invasi pemikiran) dan ghozwul tsaqofi (invasi budaya), dengan
menyediakan alternatif yang sesuai agar tetap dapat berkhidmat terhadap agama
ini meskipun berada di bawah bayang-bayang kampanye sengit dari musuh-musuh
agama ini di seluruh belahan bumi.
Catatan yang mesti
diperhatikan ketika menasihati kesalahan:
1.
Hendaknya arahan mengandung
kasih sayang terhadap anak yang melakukan kesalahan.
2.
Menegur kesalahan tanpa masuk
kepada kepribadian anak, hingga hasilnya tidak menjadi kebalikannya.
3.
Memuji terlebih dahulu sebelum
mencela, hal itu akan membuat perkataan anda lebih didengar.
* * *
Kisah Dan Permisalan
Pentingnya Pengarahan Langsung Ketika Salah
1.
Abu Hurairah -radiallahu'anhu-
“Hasan Ibnu Ali, (cucu Rasulullah -shalallahu
alaihi wasallam-) mengambil buah kurma dari kurma sedekah dan memasukkan
kemelutnya. Nabi -shalallahu alaihi wasallam- berkata kepadanya:
“Khih, khih...!” agar memuntahkannya, seraya
berkata:
“Apakah engkau tidak sadar bahwa kita tidak
makan sedekah!.”[1]
* * *
2.
Anas -radiallahu'anhu-
berkata:
“Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-
adalah orang yang paling baik akhlaknya. Suatu hari beliau menyuruhku untuk
suatu keperluan. Aku katakan: ‘Aku tidak akan pergi.’ Sementara dalam hati aku
akan pergi melakukan apa yang diperintahkan Nabi. Aku pun pergi, dan berpapasan
dengan anak-anak yang sedang bermain di pasar. Ternyata Rasulullah -shalallahu
alaihi wasallam- telah memegang bahuku dari belakang dan memandangku sambil
tertawa. Beliau berkata:
“Wahai Unais[2],
pergilah sebagaimana yang aku perintahkan.”
“Baik wahai Rasulullah, aku pergi sekarang.”
Jawabku.
“Demi Allah, aku telah berkhidmat kepadanya
selama 9 tahun, dan tidak pernah mendapatinya berkata: ‘Kenapa kamu lakukan
demikian dan demikian’ atau berkata ‘Kenapa kamu tidak lakukan demikian dan
demikian.”[3]
3.
Umar Ibn Salamah berkata:
“Ketika Aku dalam pengasuhan
Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-, tangganku mengacak-acak nampan
ketika makanan. Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- pun berkata
kepadaku:
((يا
غلام, سمِّ الله, وكل بيمينك, وكل مما
يليك))
‘Nak, makanlah dengan menyebut nama Allah,
makanlah dengan tangan kananmu dan dari yang terdekat denganmu.’
Dan demikianlah cara makanku
setelahnya.”
* * *
4.
Said Ibnu Zubair memiliki ayam
jantan yang berkokok setiap malam. Pada suatu malam ayamnya tidak berkokok
sampai pagi, sehingga malam itu dia tidak shalat malam. Hal itu membebani
pikirannya dan berkata:
“Ada apa dengan ayamnya, semoga Allah memutus
suaranya.” Dia pun tidak pernah lagi mendengar suara ayam itu lagi setelahnya,
sehingga ibunya berkata:
“Wahai putraku, janganlah engkau mendoakan
keburukan pada apapun lagi setelah ini.”[4]
LANGKAH
10
MEMBERI JAWABAN ATAS SEGALA
PERTANYAAN DAN MENGARAHKAN DENGAN PENGARAHAN YANG SESUAI
Yang juga merupakan
keistimewaan anak pada fase pertama adalah banyak bertanya dengan pertanyaan
yang memenatkan. Bagi setiap ayah dan ibu jangan menghardik putra-putri mereka
karenanya. Keistimewaan ini memiliki banyak manfaat:
1.
Membuka wawasan akal anak.
2.
Anak akan lebih dekat kepada
orang tua.
* * *
Contoh Praktis Pentingnya
Jawaban Atas Seluruh Pertanyaan Serta Arahan Yang Sesuai Dalam Membina
Kepribadian Anak
Jika anak anda bertanya
tentang api, maka jawab dan katakan:
“Api diciptakan oleh Allah. Jika Allah
berkehendak maka akan mengatakan 'Jadi! maka jadilah apa yang dikehendaki-Nya.'
Setelah itu mulailah mengarahkan mereka dengan bertanya: 'Apakah engkau tahu,
kemana tempat kembalinya orang yang memaksiati Allah?' Anak anda tentu tidak
tahu kemana, maka sampaikan bahwa siapa saja yang memaksiati Allah akan masuk
ke dalam neraka, tempat yang panasnya melebihi panas api dunia.
LANGKAH
11
SUKA BERKOMPETISI
Pada fase pertama, anak
memiliki keistimewaan menyukai kompetisi di antara mereka. Kita hendaknya
mengarahkan kompetisi itu dalam perkara yang mulia
“Untuk
yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS.al-Muthaffifîn:26)
Seperti berkompetisi dalam
ketaatan semisal: shalat, puasa dan amalan-amalan sunah lain. Semua itu kita
jadikan ajang kompetisi.
* * *
Contoh Praktis Dan Kisah Yang
Menunjukkan Pentingnya Kompetisi Ketaatan Dalam Membangun Kepribadian Anak
1.
Samuroh Ibn Jundab -radiallahu'anhu-
berkata:
Rasulullah -shalallahu
alaihi wasallam- mengumpulkan remaja-remaja Anshar. Jika beliau menganggap
ada dari mereka yang telah balig, beliau akan mengizinkannya ikut berperang.
Pada suatu tahun aku mengajukan diriku. Turut pula mengajukan diri seorang
remaja lain dari Anshar. Beliau mengizinkan remaja itu dan menolakku. Aku pun
berkata:
“Engkau telah mengizinkan anak yang jika aku
gulati niscaya aku akan mengalahkannya.”
Nabi berkata: “Gulati dia.”[5]
2.
Abdurrahman Ibn Auf -radiallahu'anhu-
berkata:
“Aku tengah berada dalam saf peperangan Badar.
Ketika menoleh ke kanan dan kiriku ada dua orang pemuda. Aku merasa cemas
dengan keberadaan mereka dalam peperangan. Seorang dari mereka berbisik
kepadaku:
“Wahai paman, tunjukkan
kepadaku yang mana Abu Jahal!”
“Wahai putra saudaraku, apa yang akan engkau
lakukan dengannya?” Tanyaku.
“Wahai paman, aku telah berjanji kepada Allah,
jika melihatnya aku akan membunuhnya atau mati karenanya.” Jawab pemuda itu.
Seorang lagi berbisik seperti itu pula.
Masing-masing tidak mau yang lain mengetahuinya. Sehingga tidak ada yang
membuatku senang, selain berada di antara keduanya. Aku pun menunjukkan yang
mana Abu Jahal. Keduanya pun melesat seperti dua ekor elang dan menyerang Abu
Jahal. Kedua pemuda itu adalah putra Afro’.”[6]
* * *
3.
Disebutkan oleh Ibnu Jarir
dalam kitab tarikhnya dari jalan Saif dari Abdullah Ibn Syabramah dari Syaqiq,
dia berkata:
“Kami menyerbu al-Qodisiah tengah hari. Ketika
mundur waktu telah masuk waktu shalat, sedangkan muazin dalam keadaan terluka.
Orang-orang pun ingin menggantikan muazin, hingga hampir-hampir saling
berperang. Saad -radiallahu'anhu- akhirnya melakukan undian di antara
mereka, sehingga terpilih salah seorang dari mereka dan dikumandangkanlah
adzan.[7]
LANGKAH
12
MENJADI DERMAWAN DENGAN LEBIH
MENDAHULUKAN SAUDARANYA KETIMBANG DIRINYA SENDIRI
Anak-anak pada fase pertama
memiliki keistimewaan menyukai kepemilikan. Itu merupakan naluri yang melekat
pada setiap anak manusia. Oleh karena itu kedua orang tua hendaknya mengarahkan
naluriah tersebut dengan menanamkan kebaikan kaum Anshar, yang dipuji Allah
dalam firman-Nya:
“Dan mereka mengutamakan (orang-orang
Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan.” (QS.al-Hasyr:9)
Yaitu dengan itsar
(mendahulukan orang lain). Menanamkannya pada diri mereka dengan praktek
langsung maupun tidak langsung, seperti dengan menyampaikan kisah-kisah yang
mendorong untuk melakukan itsar.
* * *
Contoh Praktis Dan Kisah Yang
Menunjukkan Pentingnya Membekali Anak Dengan Itsar Dalam Membangun
Kepribadian
1. "Ketika kaum
Muhajirin tiba di Madinah, Rasulullah -shalallahu
alaihi wasallam- mempersaudarakan
antara Abdurrahman Ibn Auf dengan Sa'ad Ibn ar-Rabi'. Berkatalah Sa'ad kepada
Abdurrahman Ibn Auf:
"Aku adalah orang Anshar yang paling
berharta. Hartaku aku bagi dua denganmu. Aku juga memiliki dua istri, lihat
mana yang engkau sukai dari keduanya dan katakan kepadaku, aku akan
menceraikannya, jika selesai masa iddahnya[8]
nikahilah dia."
Abdurrahman menjawab:
"Semoga Allah memberkahi dirimu, keluarga
dan hartamu[9]
. Di mana pasar kalian?"
Orang-orang menunjuk pasar Bani Qoinuqo. Tidak
berselang waktu, Abdurrahman sudah memiliki kelebihan sandang dan
makanan."[10]
Dikeluarkan oleh al-Bukhari
dari Abu Hurairah -radiallahu'anhu-, dia berkata:
“Orang-orang Anshar berkata kepada Nabi -shalallahu
alaihi wasallam-:
‘Bagikanlah pohon-pohon kurma kami kepada
saudara-saudara kami Muhajirin!’
Nabi berkata: “Cukup bagi kami pengayoman dari
hasil buahnya?”
Para Anshar berkata: “Kami dengar dan kami
taati.”[11]
Contoh Praktis
Putra anda memiliki uang di
tabungannya. Pada suatu hari ajaklah dia bersama anda mengunjungi lembaga
sosial yang memberikan bantuan dan pertolongan kepada orang fakir dan
terlantar. Berinfaklah anda di hadapannya. Diperjalanan sekembalinya dari sana,
ceritakan mengenai penderitaan anak-anak yang seumur dengannya, kemudian
usulkan bagaimana jika besok dia sendiri yang berinfak walau sedikit. Anda akan
dapatkan dia begitu peduli tanpa ragu. Hal itu karena dia melihat praktek nyata
di hadapannya.
â Sekaligus
untuk tidak memberi kesempatan mereka mendapatkan maklumat salah yang mereka
serap dari sumber yang keliru seperti tv dan sebagainaya.
[8]
Iddah adalah masa
tunggu seorang wanita setelah cerai dari suaminya. Pada masa itu sang wanita
tidak boleh dipinang atau menikah. Waktunya tiga kali masa haidh atau suci dari
haidh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar